Hari ini ada 2 forwarded email :
"Hati-hati, kandungan bakteri es batu di restoran fastfood lebih tinggi daripada air toilet umum."
"Siapa bilang keyboard anda lebih aman dibanding air toilet..?"
Weeeeh...
Teknologi katanya memudahkan kehidupan kita, tapi bila melihat kenyataannya malah menebar ketakutan. Mau ini itu kok jadi seperti dibatasi. Kalopun memberikan solusi, seringkali harus ditebus dengan tarif melangit.
Penyakit makin aneh-aneh. Sering makan pecel lele dengan alasan murah meriah di tegur dokter, "jangan makan lele terus, mas. Kolesterolnya sudah terlalu tinggi neh.."
Sudah pisah ranjang dengan tukang lele, masih diuber juga. "Cuci tangannya pakai sabun antiseptik, mas. Air biasa ga bisa mampu membunuh bakteri penyakit."
Laaaah...
Dokternya kurang kerjaan kali. Padahal jaman kecil dulu kalo pas cari kayu bakar di perkebunan karet sambil "angon" kambing, ketika kambingnya minum di mata air, aku juga ikutan "nyruput". Tapi ga pernah ada keluhan sakit perut. Kehujanan sepanjang hari juga ga pernah mengeluh pilek.
Kalopun demam, cukup "dipopok" parutan bawang merah. sembuh. Sakit agak parah cukup datang ke pak kyai, dikasih air putih, sembuh juga. Yang udah parah banget, cukup dibacain yassin, mati. Damai banget tanpa ketakutan berlebihan.
Penyakitnya punya teknologi mencanggihkan diri atau manusianya semakin "ringkih". Atau karena manusia semakin mudah untuk membuat dosa, sehingga Tuhan harus semakin otoriter dalam membuat adzab untuk mencegah kudeta.
Tau ah...
Mari kita menuju dunia penuh ketakutan
Satu lagi berangkat, ayo....
Ilustrasi "Two Side" karya Widodo
Widodo's Flea Market
Taman Budaya Yogyakarta
"Hati-hati, kandungan bakteri es batu di restoran fastfood lebih tinggi daripada air toilet umum."
"Siapa bilang keyboard anda lebih aman dibanding air toilet..?"
Weeeeh...
Teknologi katanya memudahkan kehidupan kita, tapi bila melihat kenyataannya malah menebar ketakutan. Mau ini itu kok jadi seperti dibatasi. Kalopun memberikan solusi, seringkali harus ditebus dengan tarif melangit.
Penyakit makin aneh-aneh. Sering makan pecel lele dengan alasan murah meriah di tegur dokter, "jangan makan lele terus, mas. Kolesterolnya sudah terlalu tinggi neh.."
Sudah pisah ranjang dengan tukang lele, masih diuber juga. "Cuci tangannya pakai sabun antiseptik, mas. Air biasa ga bisa mampu membunuh bakteri penyakit."
Laaaah...
Dokternya kurang kerjaan kali. Padahal jaman kecil dulu kalo pas cari kayu bakar di perkebunan karet sambil "angon" kambing, ketika kambingnya minum di mata air, aku juga ikutan "nyruput". Tapi ga pernah ada keluhan sakit perut. Kehujanan sepanjang hari juga ga pernah mengeluh pilek.
Kalopun demam, cukup "dipopok" parutan bawang merah. sembuh. Sakit agak parah cukup datang ke pak kyai, dikasih air putih, sembuh juga. Yang udah parah banget, cukup dibacain yassin, mati. Damai banget tanpa ketakutan berlebihan.
Penyakitnya punya teknologi mencanggihkan diri atau manusianya semakin "ringkih". Atau karena manusia semakin mudah untuk membuat dosa, sehingga Tuhan harus semakin otoriter dalam membuat adzab untuk mencegah kudeta.
Tau ah...
Mari kita menuju dunia penuh ketakutan
Satu lagi berangkat, ayo....
Ilustrasi "Two Side" karya Widodo
Widodo's Flea Market
Taman Budaya Yogyakarta
"Ora perlu wedi, menungsa iku saderma nglampahi"
BalasHapusNdak perlu takut apalagi sampai minta di bacakan yassin, ndak perlu kedokter apalagi ke dukun. Dokter taripnya mahal, dukun apalagi.
Ke mantri saja, bonus supit gratis setelah 3 kali potong burung. :D
*mantri=perawat(cowo)=suster(cowo)=Suster Gila