Layat Ritho, juragan wedang Malioboro. Nongkrong bareng pasukan Shaggy Dog, jadi ingat lagu lama mereka, "Di Sayidan"
Lagu itu tak sekalipun menyisakan kenangan lama Kampung Sayidan sebagai kawasan lawasan. Malah bercerita tentang kumpulan anak muda yang mengakrabi botol minuman. Aku tak mengerti apakah kelompok Band itu tidak tahu bahwa Sayidan dulunya pemukiman orang Arab dengan segala kehidupannya. Atau mungkin karena sekarang tidak ada lagi orang Arab atau bangunan khas Arab sehingga anak-anak muda begitu mudah melupakan.
Padahal sebagai kota wisata, seharusnya kesan lawasan dan jejak sejarah sebaiknya dimunculkan kembali. Apalagi bila ingat sebagian nama daerah di Jokja berasal dari sejarah profesi warganya dulu.
Kampung pajeksan memang dulunya kompleks perumahan jaksa. Dagen (tukang mebel), Jlagran (tukang batu), Gowongan (tukang bangunan), Gerjen (tukang jahit) atau Kauman (tempat santri).
Ada yang namanya berasal dari nama pasukan kerajaan, seperti Wirobrajan (Prajurit Wirobrojo), Patangpuluhan (Prajurit Patangpuluhan) atau Prawirotaman (Prajurit Wirotomo).
Ada juga yang berasal dari nama pangeran seperti Kampung Ngabean (Pangeran Ngabehi), Pugeran (Pangeran Puger) atau Notoyudan (Pangeran Notoyudo).
Tapi jangan tanya dengan daerah Kenthungan. Aku tidak tahu apakah daerah itu memang tempat "kenthu". Dan jangan tanya juga kenapa di Pasar Kembang kok tidak ada yang jualan bunga.
Lagu itu tak sekalipun menyisakan kenangan lama Kampung Sayidan sebagai kawasan lawasan. Malah bercerita tentang kumpulan anak muda yang mengakrabi botol minuman. Aku tak mengerti apakah kelompok Band itu tidak tahu bahwa Sayidan dulunya pemukiman orang Arab dengan segala kehidupannya. Atau mungkin karena sekarang tidak ada lagi orang Arab atau bangunan khas Arab sehingga anak-anak muda begitu mudah melupakan.
Padahal sebagai kota wisata, seharusnya kesan lawasan dan jejak sejarah sebaiknya dimunculkan kembali. Apalagi bila ingat sebagian nama daerah di Jokja berasal dari sejarah profesi warganya dulu.
Kampung pajeksan memang dulunya kompleks perumahan jaksa. Dagen (tukang mebel), Jlagran (tukang batu), Gowongan (tukang bangunan), Gerjen (tukang jahit) atau Kauman (tempat santri).
Ada yang namanya berasal dari nama pasukan kerajaan, seperti Wirobrajan (Prajurit Wirobrojo), Patangpuluhan (Prajurit Patangpuluhan) atau Prawirotaman (Prajurit Wirotomo).
Ada juga yang berasal dari nama pangeran seperti Kampung Ngabean (Pangeran Ngabehi), Pugeran (Pangeran Puger) atau Notoyudan (Pangeran Notoyudo).
Tapi jangan tanya dengan daerah Kenthungan. Aku tidak tahu apakah daerah itu memang tempat "kenthu". Dan jangan tanya juga kenapa di Pasar Kembang kok tidak ada yang jualan bunga.
Emang Nama Tempat Sering dikaitkan dengan profesi dan komunitas (kelompok).
BalasHapusKampungku Jagalan karena dulu banyak tukang jagal kerbau,Sebelah utara Kepatihan (dulunya sekitar rumah patih),kawedanan (daerahnya wedono -setingkat camat-,Sabrang lor dll. dan yg namanya kauman selalu dekat masjid agung,disebelah masjid agung biasanya ada pasar dan alun2, itu memang sketsa dan denah pemerintahan islam jaman dulu.
Parah banget kalau 'Sayyidina' yg diingat cuma minuman "banyu dewo" semacam Ciu,congyang halah malah nyebut nama.
soal sarkem wah ... itu memang legenda hehee
di semarang ada Sunan Kuning jangan salah,meskipun ada sebutan Sunan nya tapi tetep saja itu adalah tempat jual selangkangan.hehehhehe
halah lagi2 promosi hehehehehe
Ada gak ya daerah Gandringan? Itu lho yang tukang bikin keris namanya kan Empu Gandring, dan saya rasa di Jogja ini masih memproduksi keris kan?
BalasHapusSeringkali kita cuma dapat nama daerah dan menerima begitu saja tanpa mau menelusur asal muasal namanya. Jadinya ya kacaw begitu deh...
BalasHapus