14 Maret 2009

Malu, Kemaluan dan Tabu

Pameran kali ini memang lain dari yang lain. Komentar dari banyak orang ketika undangan diterima sangat beragam. Masukan dan pertanyaan melalui telepon, sms atau email begitu banyak. Dan semuanya tentang pameran Flea Market yang mungkin tidak punya malu atau malah terlalu besar kemaluan.

Sebenarnya ada apa dengan kemaluan?
Dan kenapa malu?

Bukankah kemaluan sudah ada jauh sebelum cinta ada?
Bahkan kita juga ada karena kemaluan?
Tetapi kenapa obyek itu selalu dianggap tabu?
Mengapa itu harus ditutupi?
Bukankah apabila dari awal tak ditutupi, akankah disebut tabu?

Banyak sekali pertanyaan tentang itu. Menarik sekali membahas malu dan kemaluan. Padahal selama ini saya tidak menemukan apa-apa dengan kemaluan, walau saya juga punya kemaluan. Untuk malu punya kemaluan saya rasa tidak harus, karena semua orang juga punya.

Saya menemukan kamus karangan ahli kemaluan dari India, “Sankhem Viswaraj” yang dalam definisinya ternyata erotic merupakan akronim yang dahsyat. Erotic adalah jelek, jorok, tapi asyik.

Saya pikir ini betul dan sangat tepat. Disitu dikatakan kemaluan yang tergesek akan menjadi sensasi dan sumber inspirasi, bahkan embrio dari arogansi kekuasaan. Hal wajar apabila seorang perupa mengambil objek-objek kemaluan sebagai sumber inspirasi karyanya. Karena perupa itu adalah Widodo yang suka mengumbar kemaluan dengan cara-cara tersendiri.

Sebagian dari 90 karya yang terpajang di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta dari tanggal 17 - 26 Maret 2009 terbuka untuk umum mulai pukul 10:00 - 20:00 WIB dapat dilihat disini.

Official Website Tujuh Bintang Art Space


1 comments:

  1. Waduh mas, artikel penjenengan kok lucu, lucu dan sangat lucu sekali, tentang malu dan kemaluan."Koruptor" itu gak punya malu meskipun punya kemaluan."Orang Rakus", Ih...malu2in aja meskipun punya kemaluan."Orang yang gak berani tampil" di depan umum disebut "Pamalu", meskipun punya kemaluan.He...he...he...segini aja comment saya.
    Salam kenal dari Jerman:Matue nuwun

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena