Aku tengah membuat rencana pernikahan ketika datang surat perintah dari kepala divisi, yang mengharuskan aku meninggalkan Bandung dan menuju ujung timur Jawa Barat.
Obrolan panjang menjelang kepergianku menghasilkan keputusan, kami berpisah dengan baik-baik dan tiada lagi beban menggantung selain kata, "kalau memang jodoh pasti akan bersatu lagi."
Mungkin ini terlalu idealis. Tapi buat kami inilah yang terbaik. Lebih baik bisa mempertahankan cinta untuk pertemuan kedua nanti, daripada bermulut manis untuk setia tapi kenyataannya bicara lain.
Solusi salah satu mengalah dan keluar dari pekerjaan juga terasa berat. Perjuangannya begitu panjang dan keras untuk bisa mencapai titik karirnya belumlah lama dinikmati. Sedangkan aku, kepindahan tugas juga karena promosi karir. Telalu sayang bila aku menolaknya.
Bukan aku tak mau setia. Tapi hubungan jarak jauh teramat berat untuk dijalankan. Perpisahan damai yang menyakitkan memang. Tapi rasanya tak akan sesakit bila salah satu tak mampu menahan godaan. Toh bila memang sama-sama mampu bertahan, peluang untuk kembali sangatlah besar.
Aku cuma ingin meminimalisir beban pikiran. Aku tak mau bermuluk-muluk membuat janji bila resiko membuat dosa menjadi kian terbuka. Aku benci yang namanya pengkhianatan.
Dan nyatanya jalan itu tidak sepenuhnya salah. Belum genap setahun dia curhat di telepon sedang jatuh cinta lagi. Dan beberapa bulan kemudian, diapun memberikan kabar bahagia. "Tanggal 29 Maret kami mau menikah, mas..."
Selamat atas kesuksesanmu mempertahankan kebahagiaan sampai usia kesepuluh. Minimal kita bisa buktikan, jalan yang kita pilih dulu tidak berakhir dengan penyesalan.
Semoga selamanya, sayangku...
Obrolan panjang menjelang kepergianku menghasilkan keputusan, kami berpisah dengan baik-baik dan tiada lagi beban menggantung selain kata, "kalau memang jodoh pasti akan bersatu lagi."
Mungkin ini terlalu idealis. Tapi buat kami inilah yang terbaik. Lebih baik bisa mempertahankan cinta untuk pertemuan kedua nanti, daripada bermulut manis untuk setia tapi kenyataannya bicara lain.
Solusi salah satu mengalah dan keluar dari pekerjaan juga terasa berat. Perjuangannya begitu panjang dan keras untuk bisa mencapai titik karirnya belumlah lama dinikmati. Sedangkan aku, kepindahan tugas juga karena promosi karir. Telalu sayang bila aku menolaknya.
Bukan aku tak mau setia. Tapi hubungan jarak jauh teramat berat untuk dijalankan. Perpisahan damai yang menyakitkan memang. Tapi rasanya tak akan sesakit bila salah satu tak mampu menahan godaan. Toh bila memang sama-sama mampu bertahan, peluang untuk kembali sangatlah besar.
Aku cuma ingin meminimalisir beban pikiran. Aku tak mau bermuluk-muluk membuat janji bila resiko membuat dosa menjadi kian terbuka. Aku benci yang namanya pengkhianatan.
Dan nyatanya jalan itu tidak sepenuhnya salah. Belum genap setahun dia curhat di telepon sedang jatuh cinta lagi. Dan beberapa bulan kemudian, diapun memberikan kabar bahagia. "Tanggal 29 Maret kami mau menikah, mas..."
Selamat atas kesuksesanmu mempertahankan kebahagiaan sampai usia kesepuluh. Minimal kita bisa buktikan, jalan yang kita pilih dulu tidak berakhir dengan penyesalan.
Semoga selamanya, sayangku...
Ilustrasi Sepenggal Perjalanan Hidup Ada Permainan"
Karya Laksmi Sitharesmi
Indonesian Contemporary All Star
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih