"Enak banget kamu di Jokja..."
Itu komentar yang paling menyebalkan yang sering aku terima dari teman-teman kantor Jakarta. Mungkin dalam anggapan mereka aku disini menjadi raja kecil yang bisa berbuat semaunya jauh dari pengawasan pimpinan. Sisi lain susahnya bekerja seorang diri seolah tak pernah terpikirkan oleh mereka.
Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, begitu juga mereka. Aku berangkat kerja, mereka pun sama. Jika aku masuk kantor dan mengatur karyawanku dan mereka sibuk mengutak-atik photoshop, apakah konsep tentang bekerja itu jadi berbeda?
AKu rasa tidak. Kecuali aku menganggap bahwa pekerjaan pokokku adalah dan ngeblog, masuk kantor hanyalah selingan dari kelelahanku karena kebanyakan tidur. Aku kira konsepnya tetap sama. Kecuali mereka menganggap bermain photoshop hanyalah hobi ditengah kejenuhan mendownload film bokep. Tapi nyatanya profesiku memang menuntutku mengatur karyawan dan keuangan dan kerjaan mereka adalah mendesain.
Walau dari situ lahir debat kusir soal banyak hal, aku pernah bertanya dan merekapun sama bingungnya. AKu menganggap hidup ini bagaikan wayang di tangan dalang. Aturan kehidupan menggariskan kita agar sekolah, sampai menghabiskan sepertiga hidup di bangku sekolah "include" mbolos, pacaran dll dll. Hanya karena bila tidak sekolah kita akan dianggap sampah.
Tata tertib hidup menyuruh kita bekerja maka kita pun bekerja. Karena katanya kalo tidak bekerja kita tak bisa mencari nafkah. Semua tertera dengan ritme dan pola yang sangat jelas, linear dan tanpa ampun. Kompensasi dan konsekuensi berbaris di hadapan kita. Pilihannya hanya ya dan tidak.
Dan aku hanyalah pencari nafkah semata...
Itu komentar yang paling menyebalkan yang sering aku terima dari teman-teman kantor Jakarta. Mungkin dalam anggapan mereka aku disini menjadi raja kecil yang bisa berbuat semaunya jauh dari pengawasan pimpinan. Sisi lain susahnya bekerja seorang diri seolah tak pernah terpikirkan oleh mereka.
Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, begitu juga mereka. Aku berangkat kerja, mereka pun sama. Jika aku masuk kantor dan mengatur karyawanku dan mereka sibuk mengutak-atik photoshop, apakah konsep tentang bekerja itu jadi berbeda?
AKu rasa tidak. Kecuali aku menganggap bahwa pekerjaan pokokku adalah dan ngeblog, masuk kantor hanyalah selingan dari kelelahanku karena kebanyakan tidur. Aku kira konsepnya tetap sama. Kecuali mereka menganggap bermain photoshop hanyalah hobi ditengah kejenuhan mendownload film bokep. Tapi nyatanya profesiku memang menuntutku mengatur karyawan dan keuangan dan kerjaan mereka adalah mendesain.
Walau dari situ lahir debat kusir soal banyak hal, aku pernah bertanya dan merekapun sama bingungnya. AKu menganggap hidup ini bagaikan wayang di tangan dalang. Aturan kehidupan menggariskan kita agar sekolah, sampai menghabiskan sepertiga hidup di bangku sekolah "include" mbolos, pacaran dll dll. Hanya karena bila tidak sekolah kita akan dianggap sampah.
Tata tertib hidup menyuruh kita bekerja maka kita pun bekerja. Karena katanya kalo tidak bekerja kita tak bisa mencari nafkah. Semua tertera dengan ritme dan pola yang sangat jelas, linear dan tanpa ampun. Kompensasi dan konsekuensi berbaris di hadapan kita. Pilihannya hanya ya dan tidak.
Dan aku hanyalah pencari nafkah semata...
Mencari nafkah atau bekerja bukan suatu keharusan,atau wajib tetapi karena tuntutan hidup,dan hidup itu bukan dituntut untuk bekerja,tetapi kita bekerja untuk hidup.Dan tanpa bekerja kita mungkin gak bisa hidup, karena kita perlu makan,kita perlu sandang, kita perlu biaya karena tuntutan hidup.
BalasHapusNah, salamat mencari nafkah.
Soal enak atau tidak enak kerja, hanya soal sawang sinawang dan rumput tetangga lebih hijau.
BalasHapusBuatku kerja ya bekerja
BalasHapusPekerjaanku ya gimana perintah perusahaan
Kecuali perusahaan menyuruhku untuk mengomentari pekerjaan orang ya pasti aku lakukan