31 Mei 2010

Pesan Makan

Siang tadi si bos pesen ayam goreng Ibu Tini sebagai menu makan siang. Masih bete dengan OB baru yang suka salah beli, aku minta tolong ke stafku yang cewek. Sebelum berangkat, berbagai macam pesan aku sampaikan beberapa kali, karena stafku ini juga sedikit bermasalah dengan urusan pesan makan.

Aku tidak 100% menyalahkan dia, karena itu memang bawaan bayi yang membuatnya gemar menabung dan tidak boros. Ketika belum ada OB pengganti, aku suka titip beliin makan siang kalo stafku bersiap-siap istrirahat.

Cuma beberapa kali aku suruh, waktunya kadang molor dari jadwal. Jam setengah duabelas keluar kantor, kembali kadang jam satu lewat. Bukan masalah korupsi jam kerjanya yang aku pikirkan, tapi soal cacing perutku yang kelamaan nunggu.
Read More

29 Mei 2010

BBM Non Subsidi di Angkringan

Menghabiskan senja di angkringan nasi kucing, ada obrolan menarik yang aku dengar disana. Beberapa wong cilik begitu asik mendiskusikan tentang pelarangan premium untuk sepeda motor. Adu argumentasinya tak kalah dahsyat dengan rapat busuk anggota hewan.

Aku yang sejak awal hanya diam, akhirnya tertarik ikut nimbrung juga. Sebagai pembuka aku sampaikan bahwa itu belum menjadi keputusan dan baru sekedar wacana dari berbagai opsi yang diajukan. Dan kemarin opsi sepeda motor dilarang menggunakan premium sudah dicoret.
Read More

Hanter

Bagi yang hidup di jalanan, tentu suka memperhatikan kreatifitas seni yang tertuang di bak belakang truk atau mikrobus. Biasanya diisi gambar seronok atau tulisan yang mengandung harapan, seperti pemburu dolar, kutunggu jandamu atau utamakan sarapan. Ada juga yang berisi peringatan, jaga jarak atau bila anda bisa membaca tulisan ini berarti anda perlu menurunkan kecepatan.

Read More

28 Mei 2010

Dasar Mabok

Adalah Lulus Santoso, seorang pelukis yang telah menganggap mabuk adalah segalanya dalam kehidupannya. Tanpa mabuk, dia akan kehilangan segala ide dan inspirasi untuk berkarya. Tanpa minum hidupnya menjadi tiada berarti.

Aku sendiri sebenarnya tak mau tahu dengan kebiasaannya itu. Lagi pula orangnya tidak rese atau suka cari gara-gara. Hanya saja, setiap aku mengadakan event, dia pasti nungging. Jadinya mau tak mau aku harus menjadi sukarelawan medis di setiap penghujung acara. Walau badannya kecil dan aku sudah terbiasa angkat junjung karung di Pasar Beringharjo, tetap saja punya rasa sebel bila setiap acara harus selalu begitu.

Sampai akhirnya aku pernah ajak dia ngobrol tentang kebiasaan baiknya yang menurutku jelek itu. Dan katanya, itu merupakan penghayatan atas falsafah hidup yang religius. "Hidup itu katanya cuma mampir minum, bung. Jadi bila mau menghayati hidup, ya minumlah..."

"Bagaimana kamu bisa berkarya bila terus saja minum..?"
"Nyatanya kalo ga minum, aku susah mencari inspirasi, bung. Malah ga bisa berkarya tho..?"
"Tapi lihat dong kondisi ekonomimu yang tak bisa mengejar seniman lain..."
"Bukan salahku kok. Yang salah Gusti Alloh. Itu gara-gara aku pindah rumah."
"Kok bisa..?"
"Dulu aku banyak uang. Setelah pindah rumah, Aku sudah bilang. Gus, rumahku yang sekarang disini lho. Lha kok malaikat yang bagi bagi rejeki ga disuruh ke rumahku..."

Wah susah memang ngobrol dengan orang mabuk. Lebih parahnya lagi di akhir obrolan dia sempat berpesan kepadaku. "Mas, kalo kamu ketemu adiknya Gusti Alloh, tolong kasih tahu rumahku ya..."

Nah, minggu depannya aku tuh kedatangan tamu dari Singapore. Mr Tan datang bersama bosku dalam rangka mencari lukisan. Akhirnya aku ajak mereka ke tempatnya Lulus dan besoknya Lulus nongol di galeri ngasih amplop sambil bilang, "Matur nuwun, Ko. Mr Tan borong lukisanku 15 biji."

"Terima kasih ke bosku dong. Kan dia yang ajak Mr Tan ke rumahmu. Aku cuma kasih tau doang"

Jawabannya di luar dugaanku. "Wah kamu beneran deh. Aku kan suruh kamu bilang ke adiknya Gusti Alloh, biar ajak malaikat tukang bagi-bagi duit ke rumahku. Berarti bosmu adiknya Gusti Alloh yo..."

"Ooo dasar mabok.."
Read More

27 Mei 2010

Mules

Bangun tidur pagi tadi, badan terasa banyak keluhan. Sariawan, tenggorokan sakit dan perut mules-mules. Agak bingung mencari sebab sariawannya. Soalnya aku merasa selalu mengkonsumsi jus mangga atau alpukat setiap hari. Bisa jadi aku kekurangan vitamin C yang lain neh...

Trus, untuk mulesnya aku sempat heran juga. Perasaan malam sebelumnya aku tidak makan pedas. Menu makan malamku cuma gado-gado Jokja yang cenderung manis. Tapi ingat pengalaman beberapa bulan lalu, aku jadi sedikit berpikir lain. Soalnya setelah aku ingat-ingat, di seputaran stadion Mandala Krida ga ada yang jual gado-gado sore atau malam hari.

Read More

26 Mei 2010

Meluruskan Sejarah

Dari obrolan pendek dengan mbakyu Silvy disini, aku malah jadi kepikiran tentang kata sejarah. Googling sana sini akhirnya aku menemukan arti kata sejarah berdasarkan asal usul katanya berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun, yang berarti “Pohon”.

Makna kata pohon, pada masa lalu biasanya selalu dihubung-hubungkan dengan keturunan atau asal usul dinasti penguasa tertentu. Cerita tentang silsilah raja-raja dan dinasti ini merupakan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Seiring dengan perkembangan jaman, cerita dari luar istana pun disajikan sebagai sejarah.


Dalam khasanah bahasa Indonesia, sejarah setidaknya mengandung tiga pengertian. Pertama, sejarah adalah silsilah atau asal usul. Kedua, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu, pengetahuan dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Dalam Kamus Indonesia – Inggris, kata "sejarah" diterjemahkan sebagai history yang mengandung beberapa arti. Pertama, history merupakan kumpulan peristiwa masa lalu. Kedua, history, merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berturut-turut dari masa lalu hingga masa sekarang, bahkan sampai masa depan. Ketiga, history merupakan suatu catatan atau deskripsi naratif dan peristiwa-peristiwa masa lalu. Keempat, history merupakan disiplin ilmu yang mencatat dan menginterprestasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan manusia. Kelima, history merupakan semua yang diingat tentang masa lalu dalam bentuk tulisan.

History berasal dari kata Yunani historia, yang berarti “informasi atau pencarian”. Perkataan historia menunjukkan bahwa kajian sejarah bergantung sepenuhnya kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi. Aristoteles menggunakan kata historia untuk menjelaskan suatu penelaahan sistematis mengenai seperangkat gejala alam secara kronologis.

Walau lingkupnya sudah meluber keluar istana, tetapi tetap saja kepentingan penguasa banyak bicara di ruangan itu. Sehingga seringkali terjadi pembelokan alur yang dilakukan dengan sengaja sesuai dengan kaidah teori konspirasi.

Kita tentu ingat ketika jaman orde baru lalu, dimana pengkultusan pada sosok penguasa rejim telah merasuk ke kurikulum di semua tingkatan lembaga pendidikan. Dan ketika rejim itu runtuh, kepentingan penguasa baru segera mengambil alih. Apa yang tercatat di buku sejarah sebelumnya, dengan mudah dihapus dan diganti. Sehingga apa yang diketahui tentang sejarah perjuangan bangsa akan berbeda di setiap generasi.

Setiap ganti dinasti, selalu saja ada revisi. Sejarah dengan mudah bisa ditambah ataupun dijarah. Catatan-catatan arkeologi semakin rumit ketika segalanya dipolitisir untuk kepentingan tertentu. Apalagi manusia punya budaya balas dendam. Dinasti yang runtuh akan mewariskan dendam kepada anak turunnya agar merebut kembali kekuasaan suatu saat nanti. Sehingga catatan yang saat ini dianggap baik, suatu saat bisa berubah kelam. Begitu juga sebaliknya. 

Apalagi bila kita buka tentang sejarah penjajahan sebagaimana aku bahas dengan mbakyu Silvy. Pembekalan informasi ke petugas-petugas penggali sejarah kadang juga diintervensi tanpa disadari. Sehingga selalu ada gesekan ketika dikonfrontasi dengan informasi dari pihak yang bersebrangan.

Mencoba meluruskan selurus-lurusnya juga kadang menjadi sulit. Karena penggalian sejarah biasanya dilakukan oleh badan non profit yang anggaran dananya sepenuhnya menjadi tanggungjawab negara. Sehingga mau tak mau kepentingan penguasa, walau sedikit tetap ikut terselip.

Masalah pembelokan sejarah tidak hanya terjadi di negeri kita saja. Negara semaju Amerika pun tetap saja suka mempermainkan sejarah. Hanya saja disana ada ketentuan yang memperbolehkan untuk membuka dokumen rahasia negera setelah berusia 30 tahun. Tapi siapa yang menjamin semua catatan top secret itu akan dibuka semua. Budaya tebang pilih aku yakin ikut menentukan mana yang dibuka mana yang tetap tersimpan.

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pun masalah semacam ini kadang terjadi. Seperti ketika terjadi penjarahan atas perpustakaan Baghdad atau penghancuran pusat ilmu pengetahuan di Andalusia Spanyol dulu. Sejarah yang berkembang masih saja simpang siur sampai sekarang. Kaum muslim bersikukuh, pengetahuan merekalah yang dirampok orang barat yang saat itu berada dalam dekapan dark age. Sementara pihak barat selalu mengklaim semua itu hasil pemikiran mereka sendiri. Dengan alasan melihat fakta saat ini dimana teknologi mereka jauh melampaui kemampuan negara muslim.

Bahkan sampai ke masalah ketuhanan pun, kerancuan dan kesimpangsiuran sejarah tak pernah usai. Walau sama-sama agama samawi, tetap saja mereka bersikukuh dengan pendirian masing-masing. Yang merasa lebih tua menganggap ideologi yang lebih baru merupakan sempalan dan pengkhianatan dari keyakinan mereka. Sebaliknya yang muncul lebih akhir meyakini faham yang mereka bawa merupakan pelurusan dari penyelewengan yang dilakukan umat terdahulu.

Dalam lingkup yang lebih sempit, mungkin kita bisa melihat dari kebiasaan ngeblog. Tak jarang aku melihat teman yang menghapus postingan lama dari blognya, karena dianggap tidak mendukung program masa depannya. Walau lingkupnya sempit, tetap saja itu bisa dikatakan sebagai pembelokan sejarah untuk satu tujuan di masa kini atau masa depan.

Seseorang yang jatuh cinta biasanya akan membuat puisi-puisi indah untuk kekasihnya. Begitu berantem, apalagi sedang mencari gebetan baru, puisi-puisi itu segera dihapus. Ada juga teman yang awalnya begitu bangga memajang foto keluarga atau pacar di blog. Tapi ketika melihat ada teman ngeblog yang lebih menarik hati, foto-foto itu satu persatu lenyap karena takut pengejarannya gagal.

Aku sendiri menganggap blog tak hanya sekedar tempat berceloteh, tetapi juga catatan sejarah. Minimal di masa depan aku bisa tahu, tanggal sekian aku sedang memikirkan ini, hari apa aku memikirkan itu dan seterusnya. Makanya walau kadang aku sebel dengan postinganku di masa lalu, aku tak pernah mencoba untuk menghapusnya. Bahkan komentar yang paling tidak sedap sekalipun, aku tak mau mengusiknya.

Aku tak ingin terlalu muluk-muluk meluruskan sejarah bangsa. Aku hanya berusaha mempertahankan sejarahku dengan cara itu. Aku tak ingin membelokan sejarah pribadiku untuk suatu kepentingan. Toh walau catatan itu aku hapus, tetap saja alur cerita sebenarnya tak akan berubah. Aku hanya berharap keinginan kecilku ini bisa menulari orang lain tanpa harus aku berteriak-teriak.

Mari kita bicarakan sejarah dengan santai sambil ngopi tanpa harus berdebat. Apalagi menghujat. Bila seluruh komponen bangsa bisa berpikir seperti itu, aku yakin keraguan atas sebuah kisah lama tak akan terjadi lagi. Sehingga tidak ada lagi keterbalikan pemaknaan atas mitos dan fakta. Toh catatan lama itu takkan terulang kembali...

Semoga...

Ilustrasi Anjing Lupa Diri
Karya Lulus Santoso
Tujuh Bintang Art Space
Read More

Sandal Jepit

Begitu ngefans nya aku ke sandal jepit, sampai-sampai hampir sepanjang hidupku dipenuhi catatan sejarah yang tak terpisahkan dengan benda itu. Bahkan orang-orang terdekatpun sangat paham tentang hobiku itu. Makanya ketika di tipi di beritakan, pabrik sandal swallow terbakar, beberapa teman sms turut berbelasungkawa. Tapi aku santai saja membalas sms itu, "tenang, bro. aku ga suka agar-agar kok.."

Aku kenal sandal jepit ketika masih balita dulu. Tak terbayangkan kebahagiaanku ketika ibuku pulang dari pasar membawa sepasang sandal sebagai hadiah lebaran. Begitu berharganya buatku, sampai-sampai aku hanya pakai ketika ikut kondangan atau nonton layar tancap. Dalam keseharian aku lebih suka tanpa alas kaki. Bahkan ketika mulai masuk SD pun, kebiasaan nyeker kebawa ke sekolahan.
Read More

Tragedi Iphone

Ketika istriku bilang kepengen iphone karena touchscreen corbynya sudah kurang sensitif, tanpa sadar aku nyengir kuda. Sampai istriku mengira aku ngeledek. Padahal aslinya aku teringat kualitas hape jebolan apple yang menurutku jempolan itu. Selain fitur multimedia yang dahsyat, hape itu sangat cocok untuk orang yang suka berantem dalam rumah tangga atau yang takut pada anjing.

Ini bukan omong kosong. Temanku sendiri yang sudah membuktikan. Ketika iphone 3G baru aja nongol dibundel salah satu operator telekomunikasi dengan harga yang fantastis, 9,5 juta.

Read More

25 Mei 2010

Headset

Semenjak mulai suka lagi dengan angkutan umum kelas ekonomi, aku jadi suka membawa headset bawaan hape. Sebelumnya, aku bawa headset paling banter kalo pas nyupir sendiri. Itupun terbatas hanya untuk nelpon, tak lebih.

Semenjak mengalami masalah dengan polusi suara beberapa waktu lalu, headset menjadi sarana ampuh untuk menepis masalah tanpa masalah. Aku tak mau kejadian seperti di kereta itu terulang kembali. Ketika ada yang nyetel musik dengan full volume tanpa peduli speker hapenya yang cempreng. Lirikan sinis dan sindiran penumpang lain seolah tidak pernah mengena di ujung hati pelaku. Bila ada yang menegur, musiknya berubah pelan. Tapi lama kelamaan volumenya meningkat lagi.
Read More

Berbuat Baik Pun Dosa

Bang napi bilang, untuk melakukan kejahatan harus ada niat dan kesempatan. Pak kyai bilang, untuk melakukan kebaikan harus ada kemauan dan kemampuan. Tapi menurutku, niat dan kemauan itu tak akan cukup tanpa ada perjuangan.

Contohnya menjelang pulang kampung kemarin. Ada teman yang sms minta tolong pinjam uang karena kepepet. Demi teman aku siap bantu, yang berarti sudah memenuhi unsur mau. Karena jumlah yang diminta tidak terlalu banyak, klausul mampu juga bisa aku penuhi.

Namun ada masalah yang menghambat aku berbuat baik. Temanku hanya punya rekening BCA, sedangkan aku pegang ATM BRI dan Mandiri. Aku ke BCA untuk setor tunai tak mungkin karena waktunya malam. Transfer antar bank pun tak bisa, karena harus jam kerja. Aku minta tolong istriku yang kebetulan pegang ATM BCA pun tak mungkin.

Teman kantor yang punya ATM BCA hanya satu orang itupun saldonya tidak mencukupi. Ada pelukis yang punya dan saldonya cukup, posisi dia jauh di pinggir laut sedang mancing. Aku coba telepon teman-teman lain di luar kota. Mas Semar lagi di kereta menuju Jakarta. Kang Pacul ditanya malah cuma hahahehe ga jelas.

Sempat kelabakan juga mencari-cari, sementara sms temanku datang tiap menit menanyakan sudah transfer apa belum. Aku minta dia nunggu sampai senin tidak mau, katanya harus sekarang. Aku suruh dia cari temen yang punya ATM BRI atau Mandiri juga tidak mau. Padahal aku sudah harus jalan ke kampung.

Dalam bus, aku ingat Indomaret yang juga melayani Western Union. Aku tanya temanku dan katanya ada Indomaret ga jauh dari posisinya. Begitu turun dari bus, aku masuk ke mini market itu. Dasar belum jodoh, jawaban dari kasirnya, "maaf, pak. Sedang trouble jaringannya. Besok pagi saja ya..."

Langsung aku cari ojek dan pulang ke tempat istri. Badan cape pengennya istirahat dan kangen-kangenan, malah jadi ga nyaman karena sms yang terus menerus masuk. Aku bilang ke istri pinjem ATM. Eh, malah istri bilang pengen ikut, katanya suntuk berhari-hari ga pernah keluar rumah.

Walau sempat mikir naik sepeda motor 30 kilometer membawa ibu hamil melalui jalanan rusak, tapi akhirnya aku iyakan juga. Dalam dilema ingin ngebut agar smsnya segera bungkam dan jalan pelan-pelan agar istri tidak melahirkan di jalan, malah dikasih bonus gerimis. Ingin berteduh menunggu reda, malah sms berikutnya berbunyi begini, "maaf. aku minta tolong karena benar-benar kepepet. ga ada teman ga ada sodara disini, padahal aku harus pulang membawa susu untuk anakku... dst dst..."

Males nanggapin aku pun jalan lagi. Begitu sampai didepan ATM, sebuah sms masuk. "aku cuma minta tolong, sebenarnya mau ga sih..?"

Itulah kenapa aku bilang, untuk berbuat sesuatu, kemauan dan kemampuan saja ternyata tak cukup. Harus ada perjuangan keras. Itupun masih ditambah dengan tuduhan tak percaya bahwa kita sedang berusaha.

Untuk membuat satu kebaikan saja, terlalu banyak adonan yang harus kita siapkan. Dan itu pun tak menjamin jadi amal pahala yang bisa membuat kita masuk surga. Karena kebaikan yang dipamerkan seperti ditulis dalam blog, sama saja dengan riya. Buntutnya tetap jadi dosa...

Susah memang menjadi orang baik yang sebenarnya...
Read More

24 Mei 2010

Mitos Lagi...

Pulang kampung, apalagi berdekatan dengan ibu hamil, sama artinya dengan menceburkan diri ke alam mitos. Begitu banyak kata-kata tak jelas faktanya yang bertebaran dan ketika akan ditelusur semua cukup dengan satu jawaban, ora ilok atau pamali.

Seperti ketika membelah kelapa muda dan airnya muncrat, kata-kata reflek dari orang-orang disekitar adalah, anaknya cowok..! Tapi ketika melihat perut istriku yang bentuknya membulat, mereka akan bilang, anaknya cewek. Kalo cowok katanya memanjang.

Padahal aku sendiri tak pernah mempermasalahkan nanti lahirnya cowok atau cewek. Tidak pula berharap-harap akan jenis kelamin anakku nanti. Apapun yang keluar akan aku terima dengan senang hati sebagai suatu amanat yang harus aku bimbing seumur hidupku. Malah sejak kehamilan 8 bulan, istriku sudah tidak pernah USG lagi untuk sekedar melihat jenis kelaminnya. Biar surprise, katanya...

Ada lagi petunjuk tak jelas, yang mengatakan semakin tua kehamilan, suami harus lebih rajin nengokin untuk menuakan katanya. Ada lagi yang bilang agar nanti keluarnya mudah karena jalannya sering diambah. Aku sendiri cuma sebatas mengiyakan tanpa pernah memikirkan itu. Mau ngambah atau tidak bagiku tergantung aku dan istriku. Itupun bukan karena mitos itu, tapi karena memang kewajiban suami untuk menafkahi istri.

Kekurangpedulianku terhadap mitos, tidak hanya sebatas yang konon kabarnya saja atau warisan tak jelas dari nenek moyang. Tapi juga hal-hal yang katanya hasil penelitian modern. Kalo aku dan istri merasa tak nyaman, ya tak pernah mau peduli. Karena prinsipku, kegiatan apapun dalam rumah tangga bukan menurut kata orang, tapi berdasarkan kompromi antara suami dan istri.

Contohnya, di internet begitu banyak artikel yang mengatakan istri tidak akan suka bila suaminya tertidur lelap setelah aktifitas seksual. Namun karena istriku tak mempermasalahkan, aku damai-damai saja ke alam mimpi seusai bekerja keras.

Karena justru istriku yang mengatakan bahagia bila melihatku pulas tertidur. Dia malah akan bertanya-tanya bila aku masih saja terjaga, seolah ada kekawatiran aku tidak bahagia dengan aktifitas yang baru saja usai. Apalagi kalo setelah itu, aku malah main game di komputer atau ngeluyur ke cafe sampai pagi. Wah tidak suka banget dia...

Jadi, biarlah mitos bertebaran di sekelilingku. Yang penting apa yang menjadi kompromi, itu yang aku yakini merupakan kewajiban...
Read More

22 Mei 2010

Sugesti


Baru aja ngomel di blog tentang keinginan pulang, di pesbuk si bos tertulis, "urip pancen gampang, mulane ra usah ngomel.."  
Payahnya, setiap post ke multiply kan ngepost juga ke pesbuk. Nah posisi kata-kata si bos tepat diatas post ku. Makanya sempat kepikiran agak lama tuh, jangan-jangan tulisan itu merupakan rekasi cepat dari kutipan post aku.
Read More

21 Mei 2010

Cinta Putih

Aku kadang bingung kalo ada temen yang ngajak ngobrol tentang cinta. Walau cinta milik umat manusia selama hayat masih dikandung badan, tapi mengingat uban mulai tumbuh di kepala aku suka kagok juga. Mending kalo yang diobrolkan itu tentang cinta tanah air misalnya. Tapi tak mungkin temanya itu. Pasti tentang cinta antara dua , tiga atau empat anak manusia.

Aku sudah berterus terang mengatakan, definisi cinta saja aku tak tahu, untuk apa bertanya kepadaku..? Apalagi bila pertanyaan itu berusaha mengaitkan kata cinta dengan kata bahagia. Makin mumet kepalaku bak melihat perhitungan integral diferensial yang jaman sekolah dulu nilainya tak pernah lebih dari kursi terbalik.

Paling banter aku cuma mengutip kata-kata seseorang yang pernah aku favoritkan jaman masih muda dulu, Katon Bagaskara. Dalam lagunya dia pernah bertanya, "Jika kau bertanya sejauh mana cinta membuat bahagia..?"

Pertanyaan itu dijawab sendiri masih dalam lagu yang sama. "Sepenuhnya trimalah apa adanya dua beda menyatu. Saling mengisi tanpa pernah mengekang diri. Jadikan percaya yang utama..."

Mudah memang mengutip kata. Tapi ketika aku harus mewujudkan itu dalam kehidupan nyata, kadang terasa berat juga. Bagaimanapun juga manusia diciptakan berbeda-beda, walau secara puitis disebutkan perbedaan itu diciptakan untuk saling melengkapi. Namun tetap saja perbedaan itu akan menyulut gesekan. Seperti pergerakan elektron diseputaran proton yang bisa menaikan suhu molekul. Perlu adanya pengendalian diri yang kuat di masing-masing individu agar gesekan itu hanya berefek hangat agar cinta kasih tetap terasa indah.

Yang gawat adalah bila kemesraan antara proton dan elektron itu terganggu oleh tembakan neutron. Apalagi bila kebersamaan itu terjadi pada manusia yang berunsur radio aktif. Gangguan neutron bisa menyebabkan terjadinya reaksi berantai yang mampu meluluhlantakan Hiroshima dan Nagasaki. Padahal sudah merupakan kepastian bahwa hidup itu pasti ada proton, elektron dan neutron. Menyelaraskan ketiganya agar tidak menjadi bencana seringkali terasa berat. Seperti kaum religius bilang, bila kamu berdua dua, yang ketiga adalah setan. Tergantung kepada kita keputusannya. Apakah setan itu akan dicuekin atau malah diajak nimbrung sekalian agar tidak memenuhi kaidah berdua-dua. Karena dalam tuntunan agama tidak ada istilah dosa untuk bertiga-tiga. Karena berpoligami katanya halalan toyibah.

Jadi untuk menjaga cinta dan kebahagiaan, mungkin kita bisa kembali ke syairnya Katon tadi. Sepenuhnya terjalin pengertian antara engkau dan aku. Hanya soal pengertian saja kok, walau belajar mengerti itu teramat sulit. Tapi kan pada prinsipnya bisa. Tak ada salahnya kita bersusah payah demi mempertahankan cinta dan kebahagiaan yang semoga tak lekang oleh waktu. Walau menggunakan kata semoga, tapi anggaplah itu sebagai harapan dan doa, bukannya mencoba menarik unsur pesimistis kedalam hubungan dua insan.

Rumit memang. Terlalu banyak adonan yang harus kita aduk untuk mendapatkannya sampai membawa-bawa masalah ketuhanan segala. Lebih rumit lagi bila kita kembali ke sambungan lagu itu sebagai syarat agar bisa diterima cintanya.

Cukup bagiku, hadirmu...
Membawa kijang...

Minimal harus Innova lagi...
Wah...

Read More

Mau Pulang

Mau pulang kampung kok malah mumet. Kemaren niatnya mau naik kereta api, eh jadwalnya diganti ga bilang-bilang. Pake kereta yang malem, nyampe kampung udah lewat tengah malam. Jadinya waktu terlalu sempit buat kangen-kangenan, karena besok siangnya dah harus balik Jokja lagi.

Naik bus juga susah. Dari Jokja jam 1 berarti sampai Cilacap paling cepet jam 5. Bis sambungan ke arah Sidareja sudah ga ada. Berarti alternatif terakhir ya pake kendaraan sendiri. Soalnya pesawat dari Cilacap adanya cuma ke Jakarta. Masa Jokja cilacap harus ke Jakarta dulu. Berat di ongkos dong...

Read More

Trainer

Berada di posisi General Affairs kadang menyebalkan juga. Terutama kalo sudah mengurusi kerjaan HRD yang harus membimbing karyawan dalam pekerjaan. Daya tangkap orang yang berbeda-beda kadang menjadi satu masalah tersendiri. Apalagi bila penerimaan karyawannya hanya dengan melihat ijasah atau cari yang fresh graduate.

Ketika memotivasi karyawan, aku sering cerita tentang diri sendiri. Dimana aku cuma lulusan STM jurusan listrik yang sempat ga lulus ujian dan harus mengulang setahun. Tapi orang selalu bertanya aku kuliah dimana. Apalagi bila ditanya pengalaman kerja, begitu banyak bidang yang pernah aku tangani.

Read More

Port USB Tidak Berfungsi

Siapa yang ga sebel, ketika dikejar-kejar pekerjaan tahu-tahu PC ngadat. Tanpa gejala apa-apa tahu-tahu port USB tidak berfungsi. Flashdisk, webcam, printer semua tidak terdeteksi.

Aku pikir ini cuma konflik port seperti biasanya karena mencabut flashdisk tanpa melalui safe remove. Atau konflik IRQ karena satu port USB digunakan terlalu banyak alat.

Untuk kasus semacam ini, biasanya aku akan buka hardware manager (Control Panel > System > Hardware > Device Manager). Bagian USB (biasanya paling bawah) di expand (klik tanda +), lalu semua item yang ada di uninstal (klik kanan > uninstal). Setelah itu PC direstart dan biarkan semua USB kembali terdeteksi dan diinstal drivernya. Biasanya dengan cara ini, perangkat yang tidak terdeteksi bisa kembali normal.
Read More

20 Mei 2010

Rindu Gunungku

Gara-gara keluyuran kemarin, aku jadi mulaiterjangkit demam alam bebas. Mungkin ini sesuai teorinya Dr. Karl May yang dulu jadi favoritku dalam bukunya Winetou. Salah satu ucapannya yang begitu membekas adalah, "sekali menghirup udara prairie, sejauh apapun kita pergi akan selalu terpanggil untuk kembali..."

Seperti ketika Dr. Karl May meninggalkan Wild West menjelajahi pelosok Balkan dan kembali ke Jerman, tetap saja pada akhirnya dia kembali menjadi Old Shatterhand di sabana Amarika.

Aku sendiri tak pernah tahu apa yang menjadi penyebab semua itu. Alam bebas begitu menantang dan selalu membangkitkan kerinduan yang mendalam. Mengutip kata-kata Norman Edwin dulu, "bertualang di alam bebas tak ubahnya menjelajah tubuh perempuan di balik bajunya..."
Read More

Cemburu

Menjelang ke Surabaya kemarin, aku sempat berbagi pesan melalui twitter dengan seorang teman yang sudah kenal lama banget tapi tak pernah sekalipun ketemu darat. Temanku bertanya, "mau mampir ke rumah apa engga..?"

Aku balik bertanya, "Memang suamimu sudah ga cemburuan lagi..?"
"Ya masih lah..."
"Payah.. masa selamanya hidup dalam penjara. Makanya kamu jangan sok cemburuan yow."

Read More

19 Mei 2010

Aku dan Kucing


Waktu masih kecil dulu, aku begitu percaya dengan mitos-mitos tentang kucing. Seperti misalnya kucing itu kakeknya macan atau setan itu takutnya sama kucing. Makanya dulu aku begitu suka memelihara kucing, sampai tidurpun berteman kucing.

Tapi seiring aku membesar, semua mitos-mitos itu mulai luntur dari benakku. Apalagi setelah di rumah ada adik sepupu yang mengidap asma dan alergi terhadap bulu kucing, aku tak pernah lagi memeliharanya. Lebih lanjut ketika baca tentang toxoplasma yang bisa berkembang biak di tubuh binatang itu. Wah makin jauh aku dari makhluk yang bernama kucing.


Ketika hidup di jalanan, aku juga mendengar tentang mitos apesnya seseorang bila menubruk kucing. Tapi aku tak pernah peduli lagi. Yang penting udah mencoba membunyikan klakson, menginjak rem dan banting setir sedikit, bagiku sudah cukup. Masalah tetap kucingnya terlindas, tak pernah terpikirkan lagi olehku.

Namun ada benarnya juga sih, bila menubruk kucing di jalan bikin sial. Terutama bila kita terlalu mempercayai mitos itu sampai banting setir atau ngerem tanpa kontrol. Kalo ga nubruk kendaraan lain ya ditubruk yang di belakang kita atau nyungsep di selokan pinggir jalan. Kalo buatku sendiri yang apes tuh kucingnya. Ngapain ngebelain keselamatan kucing, bila kita harus mengorbankan keselamatan sendiri. Salah sendiri main di jalanan, bukannya nguber tikus di DPR...

Aku mulai akrab lagi dengan kucing setelah tinggal di Jokja. Nasi kucing merupakan menu favorit, terutama di tanggal tua. Tapi itupun tak bertahan lama, karena aku sempat sebel juga dengan menu itu gara-gara OB baru. Apalagi setelah ada kasus bercinta dengan kucing beberapa waktu lalu. Makin alergi aku ke binatang tak berdosa itu.

Makanya sore ini aku sebel banget. Lagi konsentrasi nguber deadline pameran, malah dilaporin OB, "Pak, kucingnya beranak..."

"Ngapain sih, kucing beranak aja musti laporan..?"
"Katanya kalo ada apa-apa disuruh bilang. Siapa tahu mau lihat anak-anaknya, pak..."

Buseeeeet....
Dibilang lagi alergi, malah disuruh lihat. Lagian inget kasus bercinta itu, mau ga mau aku was was juga. Gimana kalo anak kucingnya ga mengeong melihatku. Tapi tereak, "ayaaaaah..."

Amit amit dah...

 

Read More

Siapa Mau Rumput Tetangga..?

Setelah seminggu keluyuran keluar kota, hari kemarin merupakan titik pedalaman penghabisan. Mau menambah koleksi baru rasanya malas. Akhirnya aku putuskan untuk cuti sejenak menjadi doktor alias mondok di kantor.

Sampai rumah, isi ransel aku tumpahkan di lantai dengan aroma semerbak mewangi bak bunga raflesia arnoldi. Begitu buka pintu belakang, baru aku sadar kalo jemuranku masih penuh muatan. Bisa dibayangkan betapa ibanya hatiku melihat pedalaman yang tergantung seminggu di jemuran kehujanan kepanasan sampai jamuran.

Read More

18 Mei 2010

Barokah

Ada satu hal yang selalu membuat aku bahagia ketika main ke pondok pesantren. Aku bisa menemukan kembali sebuah keindahan yang dalam kehidupan sehari-hariku sudah terasa hambar dan sangat biasa. Sesuatu yang aku anggap sepele, buat mereka seringkali merupakan hal yang luar biasa.

Seperti di Paiton kemarin. Mereka punya kebiasaan menanam tembakau disela-sela tanam padi untuk kemudian diolah lalu dilinting sendiri memenuhi kebutuhan rokok mereka. Makanya ketika aku letakan sebungkus 234 di meja, tak perlu waktu lama untuk merubahnya menjadi bungkus kosong. Aku bisa melihat binar yang berbeda di mata mereka, juga sorot mata kecewa untuk santri yang tidak kebagian. Sampai akhirnya aku belikan mereka 5 bungkus untuk rame-rame.
Read More

Akhirnya Jadi Backpacker

Sekian lama terbiasa dengan perjalanan tanpa asap rokok, ada rasa kurang nyaman juga dengan perjalanan kemarin. Berangkat menggunakan kereta Mutiara Selatan bisnis yang aku pikir masih nyaman dibanding ekonomi, nyatanya hampir tidak ada bedanya. Orang masih saja mudah kebal kebul tanpa peduli tetangga sebelah. Untuk masalah ini aku sendiri suka heran. Aku suka merokok, tapi bila di kendaraan umum ada yang merokok, rasanya sebel juga. Ga konsisten yah..?

Aku pikir dengan naik kereta aku bisa nyaman tidur agar badan segar sampai tujuan. Eh, malah polusi suara bertebaran sepanjang perjalanan. Kalo cuma suara bayi nangis mungkin aku bisa memaklumi. Ini ada yang ngobrol dengan volume full, padahal jaraknya denganku ada beberapa bangku. Begitu obrolan itu tamat, gantinya adalah musik yang distel kenceng dari hape tetangga. Kalo mau dibilang pamer, aku lihat hapenya cuma cap batako. Kalo niatnya menghibur orang lain, kenapa ga ngamen sekalian aja. Apa susahnya sih pakai headset kalo memang mau bermusik..?

Turun dari kereta, aku masih ingin mencoba bus patas ac. Mungkin kondisinya beda dengan di kereta. Eh, sama saja. Makanya dari Probolinggo dan seterusnya, aku pilih ekonomi saja. Toh yang bayarnya lebih mahal, tingkat kenyamanannya tidak begitu jauh berbeda. Sekalian melakukan perjalanan ala backpacker malah terasa lebih nendang asiknya...

Namun aku sempat sport jantung juga ketika jalan dari Lumajang ke Jokja malam tadi. Busnya asli ekonomi, tapi jalannya melebihi bus patas. Pas dari Surabaya ke Probolinggo pakai patas saja makan waktu 3 jam. Bus ekonomi ini, dari Lumajang ke Surabaya yang jelas-jelas jaraknya lebih jauh, 2,5 jam sudah sampai. Berusaha tidur sepanjang jalan pun susah, karena jalan bergelombang pun tak membuat sopir melepas sedikit injakan atas pedal gas.

Tapi itu tak membuat aku gemetaran seperti sekitar tahun 90 an dulu. Dari Surabaya aku naik bus malam dan langsung tertidur kecapean. Sampai Jokja aku turun di depan terminal Umbulharjo, karena bus tidak masuk terminal. Aku pikir saat itu hari sudah pagi, makanya aku masuk warung untuk cari sarapan. Aku tunggu lama, kok hari tidak juga beranjak siang.

Aku pun bertanya ke pedagang di warung. Ternyata baru jam 1 malam. Susah untuk aku mempercayainya. Masa perjalanan dari Surabaya ke Jokja cuma satu jam..? Melihat kebingunganku, bapak penjaga warung bertanya, apakah aku naik bis warna putih dan kalo ga salah bernama apa lupa tapi yang jelas ada indahnya..?

Nama busnya aku ga begitu faham, tapi kalo busnya berwarna putih memang iya. Dan beliau akhirnya cerita kalo kejadian seperti itu seringkali terjadi. Orang-orang di seputaran terminal menyebutnya sebagai bus setan. Bus itu kecelakaan dan penumpangnya meninggal semua. Katanya bila aku memperhatikan, semua penumpang biasanya berlumur darah.

Hihihi...
Untung aku langsung tertidur dan duduk di bangku kosong tanpa teman. Benar atau tidak sampai sekarang masih tanda tanya buatku. Tapi yang pasti aku berangkat dari Surabaya jam 12 malam, sampai Jokja jam 1. Itulah sebabnya aku jadi malas naik bus sampai sekarang dan lebih suka menggunakan kereta api...


Read More

16 Mei 2010

Perjalanan Ini

Perjalanan ini dimulai hari Jumat kemarin. Rencananya aku ke Surabaya pakai pesawat jam 4 sore. Tapi berhubung jam 2 baru nyampe Jokja dari Cilacap, dan ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Akhirnya aku berangkat jam 1 tengah malam pakai Kereta Mutiara Selatan dari stasiun Tugu.

Turun di stasiun Surabaya Gubeng, cari informasi kereta ke Probolinggo ternyata baru ada jam 9:30. Jadilah aku naik taksi ke terminal Bungurasri. Dari situ nyambung pakai bus patas ekonomi ke Probolinggo. Dari situ nyambung lagi pakai bus jurusan Banyuwangi dan turun di Paiton. Lalu disambung naik ojek.

Biaya-biaya yang dikeluarkan. Dari galeri ke Tugu gratis, minta diantar anak-anak. Mutiara Selatan kelas bisnis 80 ribu. Naik taksi ke Bungurasri 60 ribu. Bus ke Probolinggo 12 ribu dan bus ke Paiton 6 ribu.

Khusus untuk ojek memang membengkak sampai 50 ribu. Sewaktu di bus aku cari informasi pesantren yang aku tuju. Dan ternyata pak kyainya cukup terkenal dan aku diturunkan di Randumerak. Ngojek sedikit sudah nyampe. Tapi sayang salah informasi. Ternyata disitu bukan alamat pondoknya, melainkan istri ketiga pak kyai. Dapat informasi pak kyai sedang di istri kedua. Ojek yang belum sempat pergi aku mintai tolong lagi.

Ternyata salah lagi. Pak kyai ada di pondok. Jadinya bersambung lagi ngojeknya. Walau pegel menelusup-nelusup kebun bambu yang becek, tapi minimal aku dapat pelajaran pertama di hari pertama. Kyai yang aku tuju punya prinsip yang mirip denganku. Kalo aku "mangan wareg, nyandhang rapet, turu anget", beliau "makan enak, tidur nyenyak dan istri banyak..."

Bagaimanapun aku lebih menghargai kyai yang poligami daripada politikus. Poligami berarti banyak istri. Itu artinya beliau orang yang banyak rejeki dan pemurah. Tidak pelit berbagi uangnya hanya ke satu orang istri. Kyai yang merangkap politikus aku tidak mau mendekat. Politikus berarti banyak tikus. Ngapain tikus disamperin..?

Menjelang perjalanan ada dua pesan masuk melalui sms. Pertama adalah, hati-hati banyak copet. Untuk urusan ini aku sudah tahu triknya. Bagaimanapun juga aku cowok yang maco, alias mantan copet di Pasar Senen dulu. ATM dan uang aku bagi-bagi di beberapa tempat. Begitu juga kartu identitas. Soalnya dulu aku pernah kecopetan dompet dan ketika lapor polisi minta surat keterangan kehilangan, aku diminta menunjukan identitas. Padahal aku kesitu juga mau laporan bahwa uang termasuk KTP SIM dll juga ilang. Aku yang pinter apa polisinya yang bego aku ga ngerti deh...

Pesan kedua adalah, hati-hati banyak orang Madura, salah omong sedikit bisa arit bicara. Karena aku belum mudeng, ya aku turutin. Aku berusaha menjadi orang sebaik mungkin. Turun dari bus semua orang aku ajak salaman sambil menebar senyum. Tapi kenyataannya, di obrolan pertamaku yang halus dan lembut sudah dijawab, "neng suroboyo kok boso, rek...?"

Wah mbuh deh...

Bersambung besok deh.
Internet numpang Miaw soale...
Read More

14 Mei 2010

Kemanusiaan

Perjalanan dari Jokja Cilacap kemarin, ada dua kasus kemanusiaan yang aku temui. Keduanya sudah masuk ke daerah Cilacap.

Pertama, di pertigaan Slarang. Ketika aku mau belok kanan, dari arah itu muncul lelaki tua dengan motor yang tak kalah tuanya. Beliau tau-tau nyelonong ke kanan motong jalanku tanpa permisi. Untung lalu lintas sepi sehingga aku bisa banting setir ke kiri hampir mencium pagar masjid. Sedangkan pak tua juga banting kiri dan nyungsep di pinggir sawah.

Aku turun dari mobil dan bantuin ngangkat motor yang tau sedikit atau banyak lecetnya, soalnya dari bentuk awalnya juga sudah tak karuan. Aku tanya baik-baik, si pak tua malah nyemprot marah-marah. Aku pun bilang, "Pak, kalo belok nyalain lampu sein dong..."

Eh, beliau malah tambah ngadat. "Udah tau motor butut ga ada ritingnya, apanya yang dinyalain..."

Karena orang-orang sekitar juga mulai berkerumun, aku ambil aman aja deh. "Luka engga, pak. Kalo luka ke puskesmas ya.."

Dia bilang ga luka, cuma motornya saja yang rusak dan minta ganti. Dibilang begitu aku bingung juga. SOalnya liat wujud motornya, mana aku tahu mana yang rusak mana yang bawaan bayi. Lagi bingung gitu, aku melihat orang-orang yang berkerumun malah ngasih kode aku untuk pergi, sambil nunjuk si pak tua lalu telunjuknya di gerak-gerakan di depan jidat.

Melihat ada yang ngebelain, aku bilang ke si bapak, "Kalo ga luka, aku pergi dulu ya, pak. Atau mau ke polisi saja..?"

"Emang kalo lapor polisi, aku mau dikasih duit ya..?" tanya beliau.

Yang jawab malah orang yang ada disitu. "Kalo lapor polisi, mbayar 100 ribu. Nanti yang salah dimasukin sel..."

"Tapi aku kan ga salah..." masih ngotot dia.

"Ya dipikir sendiri. Situ ga pake helm. Punya SIM dan STNK apa ga..?"

Melihat orang-orang jadi ribut sendiri aku tengahi, "Pak, tak bantu 50 ribu ya. Daripada ke polisi. Toh aku ga nyenggol, sampeyan rubuh sendiri..."

"Dasar anak muda ga punya kemanusiaan.." Pak tua malah jawabnya begitu, sementara orang tadi menyuruhku pergi sambil berbisik, "ga usah ngurusin orang setres, mas.."

Sambil beranjak aku bilang, "Kan saya sudah bilang dari tadi. Kalo bapak luka, berapapun biayanya tak kasih. Kalo motornya yang luka saya ga mau, kan kemanusiaan bukan kemotoran, pak..."

Walau rewel, uang 50 ribu tadi diterima juga. Aku pun berlalu dari situ. Menjelang hutan Kawunganten, hari sudah mulai gelap. Ada orang yang menyetop mobilku, di sebelahnya ada vespa gembel yang masya alloh... banyak bangkai onderdil dan kaleng penyok bergelantungan. Aku pun berhenti dan nanya ada apa.

"Motorku ga ada lampunya. Numpang lampu mobilnya ya.."

Wokedeh. Demi kemanusiaan aku pun nurut mengikuti vespa butut itu. Awalnya sih lancar. Tapi begitu nemu jalan nanjak, jalannya persis keong. Lebih parah ketika nemu tanjakan yang curam, pengendaranya harus turun dan menuntun sambil meraung-raungkan mesinnya. Beberapa kali mesinnya mati dan dia harus bongkar-bongkar dulu sampai mau hidup lagi.

Merasa ditunggu di rumah sejak pagi, kesabaranku luntur juga. Aku bilang, "mas, motornya dinaikin ke bak mobilku wae.."

Kebetulan aku pulang bawa pick up. Eh, beliaunya menolak. "Susah mas, ngangkat motor berdua. Minta bantuan siapa di tengah hutan begini. Lagian tar aku susah harus megangin di belakang..."

"Kalo begitu yo, maap. Aku duluan ya. Keburu-buru neh..."
"Ga punya rasa kemanusiaan banget sih..."

Biarin deh...
Terserah dia mau komentar apa. Yang jelas sepanjang sore kemarin, sudah dua kali aku dibilang tidak berperikemanusiaan. Ora urusan ora urunan, ga punya duit. Mending cepetan pulang ketemu Yayang...


Read More

Jadi Kurus

Setiap kali pulang kampung, selalu saja ada komplen rutin dari istri. Jadi kurus, item, kucel, dll dll. Apalagi kalo buka ransel trus liat baju-baju ganti yang kusut. Komentarnya ga pernah ganti, "dibilangin ke londri saja, ga usah nyuci sendiri..."

Hehehe...
Udah tahu semenjak istri di kampung, aku lebih banyak tinggal di kantor. Kerjaan beres jam 10 malem, mau pulang kok rasanya males. Tetep saja sunyi sepi sendiri di rumah. Jadinya pulang hanya untuk cuci baju trus berangkat lagi.
Read More

12 Mei 2010

Basic Instinct

Walau jaman selalu berubah, tapi yang namanya basic instinct manusia tetaplah sama. Seperti ketika ada ada yang pesen lukisan, permintaannya kebanyakan sama. "Jerawatnya jangan dilukis lho.." Atau kalo ibu-ibu yang big size, "dirampingin dikit ya, mas.."

Dan itu bersifat global. Seperti ketika ada pesanan melalui email dari Liechtenstein, tetap saja ada kata-kata begini, "Will heissen Laura ist schlanker." Jadi aku pikir soal penampilan, perempuan punya bawaan bayi yang sepanjang jaman tak berubah, tampil langsing.

Read More

11 Mei 2010

Efek Nasi Kucing

Beberapa hari kurang tidur, kemarin sore makan nasi kucing porsi jumbo. Lauknya sambel teri yang hasemmm pedes tapi bikin aku kekenyangan. Efeknya aku ngantuk berat dan mau sikat gigi atau cuci muka saja rasanya malas.

Tiba-tiba nongol cewek cakep ngajak ngobrol.

"Mas, masih bisa jatuh cinta..?"
"Sebagai manusia yang masih lurus tentu bisa. Tapi aku kan bukan ABG lagi, sudah punya anak istri..."
"Bisa mendua dong..?"
"Ga ah, kasihan. Tar cemburu trus bunuh diri.."
"Istrinya cemburuan ya..?"
"Ga juga. Malah yang lain yang suka cemburu ke istriku. Kamu juga ya.."
"Ke istrimu sih aku ga cemburu. Tapi penggemar-penggemarmu yang bikin frustasi..."

Read More

Jangan Panggil Aku Shahrul

Aku sedang mengamati poster pameran jangan panggil aku china, ketika seorang teman berteriak, "jangan panggil aku Shahrul..!"

Aku ajak dia duduk dan aku tanya apa maksudnya. Buatku ini aneh. Ini beda dengan kasusku dulu. Aku juga pernah menolak dan protes keras ketika aku dipanggil SBY. Karena aku lebih suka di panggil rawins.

"Ngapain sih kamu ributkan nama pemberian orang tuamu..?"

"Bukan orang tua... Ini nama pemberian seseorang yang pernah berarti buatku..."
Read More

10 Mei 2010

Belajar Kaya

Sore-sore, ketika si bos ngajak aku main ke pesantren di daerah Pleret, Bantul sana, aku sedikit ogah-ogahan sebenarnya. Tapi karena ada sedikit rasa greng dalam hati, aku ikut juga akhirnya. Walau ketika lewat mini market aku minta berhenti sebentar, si bos ngelarang. "Ga usah beli tolak angin, Ko..."

Si bos tahu kebiasaanku bawa tolak angin kalo diajak ke tempat-tempat seperti itu. Bukannya untuk obat perut kembung di perjalanan. Tapi aku perlukan ketika aku nanya ke pak kyai, "Pak kyai orang pinter bukan..?"

Kalo jawabnya bukan, aku pamit pulang setelah basa basi. Ngapain kalo sowan trus ga dapat apa-apa. Kalo dijawab, iya. Langsung tolak anginnya aku kasihin, lalu pulang juga. Malas bicara dengan orang yang pinter tapi pamer. Aku juga malas kalo harus terbungkuk-bungkuk mencium tangan segala. Toh dia juga manusia seperti aku. Aku cium tangan hanya kepada orang tua dan mertuaku saja. Ke istri pun aku tak pernah mau cium tangan. Mending cium yang lain deh...

Ternyata aku salah persepsi. Sampai sana, aku temukan kyai muda yang kontemporer. Wah asik neh kalo nemu yang kayak gini. Pas ada pengajian lagi jadinya bisa numpang makan nasi kebuli yang katanya menggunakan resep rahasia yang hanya diketahui oleh bani tertentu.

Aku dan si bos sempat jadi perhatian ratusan santri disitu ketika ngobrol bareng pak kyai. Aku kira karena aku paling ganteng walau cuma pakai sendal jepit. Ketika pulang ada santri tua yang numpang ikut mobil cerita, katanya dia saja 3 tahun nyantri baru bisa ngobrol banyak dengan pak kyai. Ini kok baru datang udah bisa duduk bareng ngomong ala preman. Hihihi... tiwas kegeeran...

Salah satu obrolan yang menarik adalah ketika aku mengatakan sekarang Islamku tunggal KTP doang. Kesehariannya aku malah lebih sering bicara tentang atheis. Jawabannya jauh dari apa yang aku bayangkan semula. "Orang yang mau bicara dirinya atheis, lebih baik daripada orang yang taat beragama tapi hanya warisan. Orang mau mengatakan dirinya atheis, itu berarti dia sudah banyak melakukan pencarian spiritual dan banyak mengusik tentang Tuhan. Ketika itu sudah ditemukan, kualitas religinya jauh lebih baik daripada yang beragama hanya karena orang tua atau lingkungannya beragama itu. Contohnya orang yang berantem, ketika menjadi sahabat dia akan lebih erat. Daripada orang yang memulainya dengan percintaan yang lebih mudah menjadi musuh ketika ada sedikit keretakan. Cuma masalahnya, bagaimana kita bisa bersahabat setelah saling bermusuhan..?"

Akupun bilang, "jangan suruh aku shalat sekarang-sekarang, pak kyai..."

Beliau menjawab, "Semua itu perlu proses. Rasululoh saja baru shalat ketika berumur 53 tahun. Ayat tentang pelarangan khamr pun turun ketika para sahabat sudah bosen dengan minuman keras. Kalo memang masih suka mabuk ya mabuk saja. Dipaksa juga percuma, di belakang nyolong-nyolong. Mau judi, main cewek, kalo memang masih belum ada kesadaran dari lubuk hati, jalani saja. Suatu saat kesadaran itu akan datang tapi harus dipancing. Yang penting kesadaran itu sudah ada sebelum kita mati. Mati dalam kondisi belum sadar, itu namanya konyol. Tapi ingat, kita tak pernah tahu kapan kita mati. Jadi lebih cepat lebih baik. Ga mau ibadah, mau mabuk, silakan saja dilakukan. Yang penting satu, jangan bohong kepada siapaun, termasuk diri sendiri..."

Pak kyai sempat nanya, apa keinginanku sekarang dan kenapa malas ibadah. Aku jawab saja, aku ingin banyak uang. Aku malas karena aku kecewa kepada Tuhan. Yang nyuruh aku kerja tuh siapa kalo bukan Tuhan. Aku sudah berusaha maksimal sampai pulang malam, kenapa hasilnya gini-gini saja. Percuma saja aku minta-minta diberi rejeki yang banyak, bila usaha kerasku berdasarkan kata "Tuhan tidak merubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak mau mengusahakannya sendiri" hanya dijawab "rejeki, jodoh dan mati adalah urusanku..." Plis dong, Han... Jangan bohongi aku terus dengan kata-kata yang kadang saling bertolak belakang.

Jawab beliau, "Jangan sekali-kali berdoa minta rejeki, tapi mintalah kita mampu menjadi orang kaya. Manusia menjadi kaya itu bukan keharusan, melainkan kesemestian. Kalo keharusan, banyak uang hanya menjadi target yang kita kadang ragu-ragu bisa apa engga. Tapi bila sudah menjadi kesemestian, kita tuh yakin banget kita mampu menjadi orang kaya. Tuhan juga mikir dan pilih-pilih orang. Berikan sesuatu kepada ahlinya. Bila kita saja tak yakin kita bisa kaya apa engga, ya jangan harap Tuhan akan memberikan kekayaan. Soal rejeki, Tuhan tak pernah memandang manusia itu beragama atau tidak, melainkan dari keyakinan manusia itu sendiri, mampu apa tidak menjadi orang kaya."

"Aku tidak perlu berdoa dong..?"

"Perlu atau tidak itu relatif. Bagi sebagian orang, doa dan agama malah menjadi candu yang membius manusia hingga terbuai dalam kedustaan. Akibatnya banyak orang yang lupa bahwa manusia hidup di dua alam, dunia dan akherat. Seringkali kita selalu berpikir terlalu banyak dengan janji surga dan ancaman neraka, sehingga lupa bahwa di dunia itu kita harus berusaha mencari harta. Setelah itu tercukupi, walau cukup itu relatif, baru pikirkan kebutuhan spiritualnya. Memang lebih baik jika keduanya berjalan bersama. Tapi bila tak mampu, jalankan satu persatu. Dunia dulu baru akherat. Untuk ibadah saja kita butuh biaya kok. Kebiasaan berdoa sering membuat manusia lupa, baru berusaha sedikit sudah banyak berdoa agar diberi yang banyak. Ya ga nyambung dong. Sekarang mendingan fokus berusaha, urusan spiritual biar para kyai yang urus. Aku bantu deh..."

"Siyap, bos. Tapi aku malas lho kalo disuruh baca wirid ini itu biar katanya usaha lancar..."

"Tidak perlu. Yang perlu dilakukan cuma mampu menanamkan kesemestian menjadi kaya. Mampu ini dalam artian mau berusaha keras secara fisik dan perhitungan yang matang. Mampu menjadi kaya juga berarti yakin bahwa uang itu hanyalah alat dan bukan tujuan akhir. Tujuan dari kaya itu adalah agar bisa beribadah dan membantu orang lain yang tidak mampu secara ekonomi agar bisa beribadah."

Wokedeh, seep...
Baru kali ini aku tak bisa bicara banyak di depan kyai. Biasanya aku selalu dicap ngeyelan dan murtadun bila diskusi dengan orang-orang semacam itu. Pandangan kontemporer semacam ini malah bisa lebih membukakan hatiku tentang pemaknaan religi. Aku jadi sadar bila aku sedang berhadapan dengan seorang ulama yang berpandangan luas dan tak seuprit macam FPI yang katanya pejuang agama.

Yang paling aku ingat dari beliau adalah, "tidak salah orang menjadi atheis. Manusia kadang perlu pergi menjauh agar kerinduan dalam hatinya bisa tumbuh lebih dalam..."

Terima kasih, pak kyai. Insya Alloh aku akan lebih sering datang lagi untuk mengaji. Cuma satu keluhanku di pesantrenmu. Di tempat ngobrol ga ada toilet. Sehingga ngobrol jam-jaman aku harus nahan kebelet dan terpaksa pipis ngumpet di balik mobil di pinggir sawah.

Thanks berat buat Gusti Allah yang telah mempertemukan aku dengan ulama besar semacam itu. Ai lap yu pulll, Gus...



Read More

09 Mei 2010

War

Bosku memanggilnya pak buah, tapi aku tahu namanya War. Menurut anak-anak produksi, namanya Suwar. Lengkapnya suwargo nunut neraka katut...
#Pekok

Dia juragan duren yang buka lapak di seberang jalan depan galeri. Tapi yang jualan lebih sering istrinya, karena dia lebih suka nongkrong di gudang atau ruang produksi dengan anak-anak. Karena aku lihat dia lebih sering lontang-lantung, aku pernah jadikan dia sopir pick up ku untuk antar jemput lukisan. 

Sayang setiap musim duren tiba, dia minta keluar kerja. "Keuntungan jual duren sehari sama dengan gaji sebulan, pak. Nanti kalo dah ga musim aku kerja lagi..."
Read More

08 Mei 2010

Lele Lagi..?

Berurusan dengan orang baru memang harus lebih panjang rasa sabarnya. Kadang kita mau ngomel juga bingung. Semuanya mentok di jawaban, "maaf saya orang baru disini..."

Seperti OB baru yang pernah aku komplen tentang menu makanku yang begitu konsisten. Pagi lontong sayur, siang nasi padang dan malam pecel lele. Ketika aku bilang bosen pecel lele, dia balik bertanya pengen apa. Aku jawab, "sate kambing atau apa aja deh. Yang penting ganti..."
Read More

Yang Terdalam

Kau telah tinggalkan
Hati yang terdalam
Hingga tiada cinta
Yang tersisa di jiwa

Dahsyaaaat....

Andai saja aku seorang penyair, tentu tak akan sulit untuk menuliskan puisi seindah itu. Sayang aku cuma seorang penyiar yang tak tahu syi'ar. Jadinya cume bisa berceloteh tak karuan di blog. Memaksakan diri membuat puisi hanya membuat curahan rindu ini menjadi bahan tertawaan orang. Itu kangen apa kebelet, mas..?

Read More

07 Mei 2010

C L B K

Karena malemnya meeting sama si bos via skype sampai jam 11, baru paginya aku ngisi buku absensi ke juragan. Pengucapan laporannya dibuat sememelas mungkin dan sok sibuk agar ga ada kesempatan memotong kata-kataku. "Maap ya, sayang. Semalem aku sibuk banget si bos kasih kerjaan baru. Pembukaan galeri baru di Balikpapan saja belum dikerjain sudah harus ke Bali. Baru mau ancang-ancang, semalem dikasih tahu soal tender proyek BTS, bla bla bla...."

Biasanya, mungkin karena pusing mencerna kata-kata bak pelor senapan mesin dari mulutku, istriku paling cuma bilang, "Iya, hati-hati. Kerja yang bener tapi jangan lupa istirahat yang cukup. Cepet pulang ya..."

Kalo udah gitu, dalam hati aku teriak, "Yess..!!!"
Read More

05 Mei 2010

Serial Semar Jilid 2

Gambar Bercerita ini merupakan kelanjutan dari Gaber sebelumnya. Narasi cerita dan sebagainya silakan lihat disana.

Hak Cipta dilindungi Undang Undang
ndeyan...











Read More

Motor Gede

Baru beberapa hari belakangan ada yang melarangku naik sepeda motor apalagi sambil ngebut, kemarin sore ada yang datang ke galeri nawarin motor gede. Buka harga 200, trus tawar menawar sampai mentok 175. Deal deh, tapi bayarnya tar nunggu aku jual alun alun Jokja. Hehehe...

Banyak alasan aku kurang suka motor gede dan clubnya. Motor kecil pun aku selalu menolak ajakan masuk club atau kelompok tertentu. Selain aku jarang punya waktu, aku juga males dengan acara touring rame-rame.

Sudah jadi kebiasaan orang kita, kalo sudah ngumpul banyak orang apalagi di jalanan, jiwa arogannya selalu muncul paling depan. Paling sebel kalo pas jalan keluar kota ketemu kelompok semacam itu. Jalan raya seolah sudah jadi milik kakek moyangnya. Perasaan sudah mengalah mepet pinggiran aspal masih suka diacung-acungin kepalan.

Lebih apes kalo pas di traffic light, berhenti tepat di belakang rombongan pespa bosok.  Begitu lampu menyala hijau, pespanya malah mogok sampai lampu kembali merah. Sudah dongkol masih dipisuhi kendaraan lain di belakangku.

Alasan lainnya, aku ga begitu suka belepotan oli. Daripada mengutak atik mesin, mendingan utak atik yang lain yang lebih asik, walau sama-sama keringetan. Bagaimanapun juga motor tua lebih ribet dalam perawatannya. Mengendarainya juga susah. Stang kanan handel gas, stang kiri handel platina, kaki kanan rem, kaki kiri kopling dan tongkat persneling menempel di tangki bensin sebelah kiri. Belum lagi kalo menstater, kadang aku sampai mumbul dan perlu tenaga kuda beneran.

Motor besar semacam itu juga ngeri kalo aku pake pulang kampung. Ketika harus meniti galengan sawah dan terpaksa nyebur, apa aku kuat ngangkat sendirian. Jalan kampung yang ancur juga teramat ga nyaman buat motor gede yang tidak pake peredam kejut itu. Bisa-bisa sampai rumah badanku tinggal nyisa tulang sama kentut doang. Lainnya sudah berceceran di jalan.

Walau size doesn't matter. Buatku lebih nyaman cari tumpakan yang kecil aja deh. Soal penampilan dan kebanggaan dilihat orang lain aku ga begitu peduli. Yang penting empuk, aman, nyaman dan terkendali...




Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena